David Harvey dan Bagaimana “Marxis” Menipu Diri Mereka Sendiri? (Bagian 1)

Jun Bramantyo

Mungkin saja, sebagian besar diskusi yang kita dengar hari ini dari mulut para marxis didominasi oleh orang-orang yang tidak tau apa yang dibicarakannya. Ini bukan hinaan, saya akan melanjutkan hal ini sebagai kritik atas konsep yang mungkin ada dalam kepala kita masing-masing. Saya akan membuat indikator terminologi untuk menerawang seberapa jauh kita mengerti tentang apa yang kita bicarakan.

Saya akan menambahkan kata “Anti-kapitalisme” ke daftar kata yang mewakili kebingungan teoritik semacam ini. Jika kamu pernah mendengar kata “anti-kapitalisme” atau “anti-kapitalis” keluar dari mulut seorang marxis, kamu akan mendapatkan dan harus mengerti bahwa dia seorang penipu (baik dilakukan secara sadar atau tidak sadar). Jangan sungkan-sungkan untuk memberi tau atau mengingatkan mereka bahwa istilah anti-kapitalisme adalah salah satu istilah yang digunakan oleh kaum marxis yang tidak memahami sama sekali apa itu revolusi sosialis. Istilah ini adalah istilah pengganti yang digunakan untuk menutupi kebingungan dan kemiskinan imajinasi tentang gambaran masyarakat pasca-kapitalis yang samar-samar atau garis besarnya tidak jelas bagi orang tersebut.

Sebaliknya Marx sudah cukup dengan jelas menggambarkan seperti apa masyarakat pasca-kapitalisme – individu akan memiliki kontrol penuh terhadap kapasitas produktifnya sendiri dan hubungan sosialnya. Sehingga kamu selalu dapat mengetahui kapan seorang marxis tidak memahami ini, karena dia biasanya memakai istilah-istilah yang tidak jelas salah satunya seperti “anti-kapitalisme.”

 

Awal dari Kritik untuk David Harvey

Dalam ceramahnya di tahun 2010, “Organizing for the Anti-Capitalist Transition”, David Harvey sukses memproduksi semua cacat akademik marxis dengan gagasannya yang kabur dan tidak tepat tentang apa yang akan terjadi selanjutnya.[1] Dalam kuliah ini kamu akan menemukan hal-hal tak berguna yang harus dihapus dari kepala marxis dalam analisis mereka jika mereka ingin lebih berguna bagi kelas pekerja ketimbang menyajikan makanan busuk yang mereka taruh diatas meja kita untuk dimakan bersama-sama.

Contoh kasus untuk penggunaan konsep anti-kapitalisme ini adalah David Harvey sendiri, yang bahkan tidak dapat memberi kepada kita definisi yang tepat dan jelas tentang apa yang ia maksud sebagai transisi antikapitalisnya. Sebagai pengganti untuk mengembangkan analisis marxis yang nyata atas krisis kapitalisme saat itu, kita malah mendapatkan sajian busuk seperti ini:

“Geografi historis perkembangan kapitalis berada pada titik inflasi kunci di mana konfigurasi geografis kekuasaan dengan cepat bergeser ketika dinamika temporal menghadapi kendala yang sangat serius. Pertumbuhan majemuk tiga persen (umumnya dianggap sebagai tingkat pertumbuhan minimum yang memuaskan untuk ekonomi kapitalis yang sehat) menjadi semakin tidak layak untuk dipertahankan tanpa menggunakan semua jenis fiksi. Ada alasan bagus untuk meyakini bahwa tidak ada alternatif untuk tata kelola global baru yang pada akhirnya harus mengelola transisi ke ekonomi nol pertumbuhan.

Harvey tidak luar biasa untuk uraian krisis pada waktu itu. Ambillah literatur marxis tentang krisis dan kamu cenderung menemukan omong kosong setidaknya kekonyolan yang tidak bisa dipahami seperti diatas.

Krisis satu ke krisis lain, seperti halnya apa yang dimaksud dalam setiap krisis yang terjadi dalam kapitalisme adalah dampak yang terjadi akibat konflik, baik yang terbuka atau tersembunyi, antar kelas selama berjam-jam waktu kerja. Kedua kelas (bukan sebagai individu) memiliki kebutuhan yang mendesak. Disatu sisi kelas kapitalis menginginkan jam-jam itu untuk selama mungkin dipergunakan menghasilkan keuntungan; sedangkan kelas pekerja menginginkan perbudakan upah segera berakhir.

Seberapa sulitkah untuk David Harvey mengeluarkan ini dari mulutnya yang terkutuk? Kenapa dia menambahkan omong kosong akademisnya didalam analisa krisis yang terjadi pada waktu silam tersebut? Dan mengapa ia lebih memilih untuk menggunakan apa yang ia sebut sebagai “ekonomi nol pertumbuhan” ketimbang “penghapusan perbudakan upah”? Apakah ada pertumbuhan ekonomi dalam panjangnya waktu kerja wajib sampai hari ini di bawah perbudakan upah yang dapat kita toleransi? Apakah ada pekerjaan wajib dalam masyarakat perbudakan upah sampai hari ini yang konsisten dan mendukung kontrol penuh individu atas kapasitas produktifnya?

“Krisis saat ini”, Harvey berusaha memberi tau kita, “berasal dari langkah-langkah yang diambil untuk menyelesaikan krisis tahun 1970-an.” Kemudian David Harvey menyarankan kepada kita untuk mengikuti sepotong informasi yang tidak berguna ini dengan daftar cucian panjang di tangan kita, dimana daftar ini menuntut penyelesaian masalah melalui perdebatan diantara kaum marxis. Proposal pengajuan konsep mengenai ekonomi dengan tingkat pertumbuhan nol adalah kebodohan. Semua solusi yang coba ia tawarkan selanjutnya menjadi satu turunan kebijakan: meningkatkan waktu kerja tanpa kompensasi, dan, karenanya secara lebih jauh meningkatkan tingkat keuntungan, adalah sebentuk kebingungan yang dibalut dengan kedunguan yang memaksa saya untuk jengkel dalam tulisan ini.

Namun anehnya, dalam argumen Harvey, tidak ada waktu kerja yang dianalisis sebagai variabel konflik diantara kelas – sama seperti sebagian besar analisis marxis yang saya baca tentang krisis sejauh ini. Dan ada alasan untuk cacat semacam ini: mereka semua telah membuang teori nilai kerja Marx! Sebagai pengganti teori ini kita akhirnya mendapatkan pembicaraan tentang “Kekuatan politik yang bergabung dan dimobilisasi di balik transisi ini … mengenakan jubah ideologi khas yang disebut dengan neoliberalisme.” Menurut Harvey, neoliberalisme bersandar:

“Atas gagasan bahwa pasar bebas, perdagangan bebas, inisiatif pribadi, dan pengusaha adalah penjamin kebebasan terbaik atas kebebasan individu dimana negara harus dibongkar demi keuntungan semua orang.”[2]

Yakinkah Harvey? Hanya kelas kapitalis yang mewakili pasar bebas, perdagangan bebas, inisiatif pribadi, dan pembongkaran negara? Sejak kapan sosialis membela pasar dan perdagangan yang dikelola setulus ini, lalu memposisikan negara untuk dikelola oleh total modal sosial (melalui penegasan posisi kelas borjuis didalamnya)? Kapan, apakah dengan kata lain, marxisme telah menjadi varian fasisme? Negara yang berdiri sampai hari ini adalah negara kapitalis, mewakili kepentingan kapitalis. Saya benar-benar ingin Profesor Harvey menjelaskan kepada saya bagaimana negara ini dapat mengatur pasar dan perdagangan demi kepentingan sosial?

Seperti yang sudah ditulis diatas, untuk sementara ini kita telah mengantongi pertanyaan yang dapat kita lemparkan kepada Harvey:

Apakah ada pertumbuhan ekonomi dalam panjangnya waktu kerja wajib sampai hari ini di bawah perbudakan upah yang dapat kita toleransi? Apakah ada pekerjaan wajib dalam masyarakat perbudakan upah sampai hari ini yang konsisten dan mendukung kontrol penuh individu atas kapasitas produktifnya?

 

Catatan Kaki:

[1] Transkrip ceramahnya bisa dilihat di: http://davidharvey.org/2009/12/organizing-for-the-anti-capitalist-transition/

[2] Ini adalah bagian dari ceramahnya yang juga dapat dilihat di: http://davidharvey.org/2009/12/organizing-for-the-anti-capitalist-transition/

Leave a comment