Ekologi Sosial ala Murray Bookchin

D801FD68-018A-4EB7-A0A5-894CE2D641C5_cx0_cy7_cw0_w1023_r1_s

Murray Bookchin (14.01.1921 – 30.07.2006). Sepanjang hidupnya ia bekerja untuk mewujudkan visi sosialis libertarian, bercerai dengan etos yang lebih individualis dari budaya anarkisme, dan berpaling ke bentuk awal komunisme.

Warisannya adalah komitmen terhadap visi kehidupan yang mensyaratkan penataan kembali nilai sosial menuju tujuan keseimbangan harmonis antara kebutuhan manusia dan alam. Dia menyebutnya sebagai Ekologi Sosial.

Komunisme bagi Bookchin adalah integrasi Ekologi Sosial di ranah politik publik, yang mencakup kotamadya libertarian (munisipal) dan naturalisme dialektis. Dia melihat visi ini sebagai gambaran pada ideologi kiri sosialisme libertarian, dan mengintegrasikannya dengan etika lingkungan untuk keberlanjutan dan keseimbangan dengan alam. Dia melihatnya bukan sebagai mimpi yang tidak mungkin, tapi sebagai penggabungan teori dan praktik dialektis sepenuhnya yang akan menyatukan dengan komitmennya antara antistatisme dan konfederalisme, serta antagonisme sengitnya seperti bentuk dominasi hierarkis dalam politik dan lingkungan. Komunisme dapat memberi kita kritik terhadap ekonomi pasar, dan juga pandangan ke depan tentang apa yang mungkin menggantikan sistem ekonomi saat ini yang juga merendahkan lingkungan manusia dan non-manusia. Seperti yang dia nyatakan, dalam Ekologi Sosial dan Komunalisme,

“… Tujuannya bukan untuk menasionalisasi ekonomi atau mempertahankan kepemilikan pribadi atas alat-alat produksi tapi untuk memusatkan ekonomi. Artinya berusaha mengintegrasikan sarana produksi ke dalam kehidupan kotamadya, sehingga setiap bentuk pengelolaan produktif berada di bawah lingkup majelis lokal, yang menentukan bagaimana hal itu akan memenuhi kepentingan dan kebutuhan masyarakat secara keseluruhan (hal. 102 Ekologi Sosial dan Komunalisme).“

Tidak menjadi pemimpi, Bookchin tau bahwa “visi komunal itu perlu memberikan visi edukatif dan politis, bahwa untuk mengubah dunia kita memerlukan ‘kosa kata baru’ untuk menjelaskan tujuannya, dan sebuah program baru serta kerangka teoritis untuk membuat tujuan itu koheren (hal 111 ibid).” Dan dia tau bahwa dibutuhkan komitmen individual, kepemimpinan, dan juga struktur politik, seperangkat institusi, peraturan perundang-undangan dan sebuah konstitusi. Seperti yang dia katakan, “Tanpa kerangka kerja kelembagaan yang dirumuskan secara demokratis dan disetujui anggotanya, serta pemimpinnya yang dapat dipertanggungjawabkan, standar tanggung jawab yang jelas tidak ada lagi (hal 112).”

Komitmennya terhadap masyarakat bebas yang didasarkan pada rasa saling menghormati dan prinsip-prinsip non-hierarkis ala negara dan ekonomi sangat mengagumkan dan mendapatkan tepuk tangan, namun seperti yang sekarang kita lihat di sekitar planet ini dengan melihat kekuatan modal transnasional dan kelas super yang mengendalikannya, saya bertanya-tanya. Jika penglihatannya, seperti banyak orang baik dari kalibernya, terlalu idealis pada akhirnya. Namun, jika kita tidak melakukan apa yang menjadi alasan kita, pembenaran kita? Seperti yang dia katakan sebelum kematiannya, “… pilihan kita tentang bagaimana mengubah masyarakat yang ada masih berada di atas meja sejarah dan menghadapi masalah besar. Generasi sekarang dan masa depan terus dipukuli agar tunduk secara penuh kepada budaya perhitungan (homo economicus neoliberal-ed) dan juga oleh polisi dengan gas air mata dan water cannon, kita tidak dapat berhenti memperjuangkan kebebasan yang sesungguhnya kita miliki dan mencoba memperluasnya ke masyarakat bebas dimanapun kemungkinan untuk melakukannya muncul (halaman 116 ibid). ”

Mari kita berharap generasi sekarang akan mendengarkan kata-kata bijak tersebut, dan terbangun dari tidur ideologis mereka, dan mulai menyadari mimpi sosial masyarakat bebas dan terbuka yang didasarkan bukan pada ekonomi pasar dan dominasi orang kaya atas orang miskin, namun juga pada sebuah visi egaliter tentang keadilan sosial dan nilai-nilai kesetaraan yang dapat membawa kita menuju ekologi sosial yang menghargai bukan pertumbuhan dan kapitalisme yang tidak berperasaan namun keseimbangan harmonis antara kebutuhan dan kreativitas manusia.

Leave a comment